Jumat, 11 Oktober 2013

Uraikanlah Ontologi, Epistimologi dan aksiologi dari Pembelajaran Biologi tingkat SMA/MA menurut Kurikulum 2013 ?
Jawaban :

Cohen, L.N.M. (1999) menyebutkan bahwa terdapat 3 (tiga) cabang-cabang Filosofi (Filsafat) yang masing-masing memiliki sub cabang. Ketiga cabang-cabang tersebut adalah Metaphysic (Metafisika), Ephistemology (Epistemologi), dan Axiology (Aksiologi). Metafisika memiliki dua sub cabang, yaitu Ontologi dan Kosmologi, Epistemologi memiliki sub cabang pengetahuan yang diperoleh melalui Inkuiri ilmiah (Scientific Inquiry), Indra dan Perasaan (Senses and Feelings), Otoritas atau divinitas (Authority or Divinity), Empirisme atau pengalaman (Empiricism), Intuisi (Intuition ), dan Logika (Reasoning or Logic) yang meliputi logika deduktif (Deductive reasoning) dan Logika Induktif (Inductive Reasoning).
Ornstein, A.C. dan Levine, D.U. (1989:2001) menyebutnya sebagai Terminologi Khusus Filsafat Pendidikan yang ia jabarkan menjadi 4 (empat) terminologi, yaitu Metaphysics (Metafisika), Ephistemology (Epistemologi), Axiolgy (Aksiologi), dan Logics (Logika).
Dalam filsafat pendidikan Metafisika berhubungan dengan konsepsi realitas yang terefleksikan dalam subyek, pengalaman, dan ketrampilan dalam kurikulum. Contoh kasus pertanyaan di dalam pendidikan adalah:
• Apakah menurutmu manusia pada dasarnya baik atau buruk?
• Apakah faham konservatif atau liberal itu?
Cohen, L.N.M. (1999) menyebutkan bahwa Metafisika memiliki dua sub cabang yaitu Ontologi dan Kosmologi. Ontologi berhubungan dengan jawaban atas pertanyaan masalah-masalah atau isu-isu apa yang berhubungan dengan alam, keberadaan, dan makhluk. Di-antara pertanyaan yang diajukan adalah:
• Apakah seorang anak itu secara inheren adalah baik atau buruk?
• Bagaimana mungkin pandangan Anda menentukan manajemen kelas Anda?
Dalam Kurikulum 2013 pada pembelajaran biologi di tingkat SMA diharapkan dapat menjadikan siswa mempunyai rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian berdasarkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif.
Epistemologi berasal dari bahasa Latin “episteme” yang artinya “ilmu pengetahuan” dan “logos” yang berarti “teori”. Jadi epistemologi berarti teori ilmu pengetahuan (Salahudin, 2011: 131). Epistemologi mempertanyakan: “Apa hakekat ilmu pengetahuan?” Bagaimana kita dapat mengetahui?”. Epistemologi berhubungan dengan pengetahuan dan mengetahui. Epistemologberhubungan erat dengan metode mengajar dan belajar. Bagi orang idealis, pengetahuan dan mengetahui dipandang sebagai mengingat ide-ide laten di dalam pikiran. Para realis memandangpengetahuan bermula dengan sensasi obyek (stimulus sensori).
Para pragmatis memandang bahwa kita menciptakan pengetahuan dengan berinteraksi dengan lingkungan (pemecahan masalah).
Contoh kasus pertanyaan dalam pendidikan termasuk:
• Bagaimana kira-kira siswa memandang fenomena yang ada di masyarakat?
• Bagaimana kira-kira seorang politikus melihat kelas ini bagaimana dengan seorang ahli biologi?
• Bagaimana kita mengetahui apa yang diketahui oleh anak didik?
Menurut Cohen, L.N.M. (1999), Epistemologi memiliki subcabang yang berhubungan dengan mengetahui melalui InkuiIlmiah, Indra dan Perasa, Otoritas dan Kedudukan (Divinitas), Empirisme, dan Intuisi.
Sebuah proses pembelajaran yang dilakukan di kelas-kelas bisa kita padankan sebagai sebuah proses ilmiah. Oleh sebab itulah, dalam Kurikulum 2013 diamanatkan tentang apa sebenarnya esensi dari pendekatan saintifik pada kegiatan pembelajaran. Ada sebuah keyakinan bahwa pendekatan ilmiah merupakan sebentuk titian emas perkembangan dan pengembangan sikap (ranah afektif), keterampilan (ranah psikomotorik), dan pengetahuan (ranah kognitif) siswa.
Pada suatu pendekatan yang dilakukan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para saintis lebih mementingkan penggunaan pelararan induktif (inductive reasoning) daripada penggunaan penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif adalah bentuk penalaran yang mencoba melihat fenomena-fenomena umum untuk kemudian membuat sebuah simpulan yang khusus. Penalaran induktif (inductive reasoning) adalah kebalikannya. Penalaran induktif justru memandang fenomena-fenomena atau situasi-situasi yang khusus lalu berikutnya membuat sebuah simpulan secara keseluruhan (umum). Esensinya, pada penggunaan penalaran induktif, bukti-bukti khusus (spesifik) ditempatkan ke dalam suatu relasi (hubungan) gagasan/ide yang lebih luas (umum). Sedangkan metode ilmiah pada umumnya meletakkan fenomena-fenomena unik dengan kajian khusus/spesifik dan detail lalu setelah itu kemudian merumuskan sebuah simpulan yang bersifat umum.
Metode ilmiah adalah sebuah metode yang merujuk pada teknik-teknik penyelidikan terhadap suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Agar dapat dikatakan sebagai metode yang bersifat ilmiah, maka sebuah metode penyelidikan/inkuiri/pencarian (method of inquiry) haruslah didasarkan pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Oleh sebab itulah metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.

Aksiologi berhubungan dengan nilai-nilai (values). Pertanyaan dalam Aksiologi adalah dengan nilai-nilai apa seseorang hidup? Aksiologi terbagi menjadi dua atau memiliki dua sub cabang, yaitu Etika dan Estetika. Etika menyelidiki nilai-nilai moral dan aturan-aturan tindakan yang baik dan Estetika berkenaan dengan nilai-nilai keindahan dan seni. Bagi para realis dan idealis, nilai-nilai teori dipandang obyektif yang meyakinkan bahwa baik, benar, dan cantik secara universal valid pada semua tempat dan waktu.
Dalam kurikulum 2013 dalam pembelajaran Biologi di tingkat SMA diharapkan akan menghasilkan peserta didik yang dapat mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.
Menjadikan sekolah bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik (membuat dugaan) dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar